About

KELEMBUTAN ALLAH TERHADAP HAMBA-HAMBANYA

loading...
Loading...



Sebagaimana kebiasaanku setiap hari, dari Makkah al-Mukarromah aku menuju ke kantor Qiblati di Jeddah. Pada hari yang kesepuluh dari bulan Ramadhan, aku sedang berada di jalan jalur cepat menuju arah Jeddah, tepatnya saat berada di jembatan Bahrah, yang kuranglebih berada di pertengahan jalan antara Makkah dan Bahrah. Sebelum jembatan yang seharusnya akan lewat bawahnya, aku melihat dari jarak jauh banyak mobil, truk, serta bus berkelok-kelok dengan cepat ke kanan dan kekiri tanpa ada satupun kendaraan yang terhenti dan tanpa terjadi kecelakaan yang seharusnya terjadi dalam kondisi seperti itu.

Kejadian itu terjadi pada pukul dua siang. Aku bertanya pada diri sendiri, mengapa seluruh mobil itu berkelok-kelok kekanan dan kekiri seakan-akan ada sesuatu di jalanan yang harus mereka hindari. Maka pada saat giliranku melewati jalan tersebut, aku mendapati sebuah perkara yang belum pernah terpikirkan, sesuatu yang mataku tidak bisa mempercayainya,

Aku mendapati seoranig anak laki aki berumur kira-kira 3 tahunan sedang memakai baju ihram yang menenteng sebuab tas kecil di tangannya sedang menyeberangi jalan dari sisi kanan jalan pertama ke sisi kiri jalan yang lain tanpa memperhatikan dan menghiraukan bahaya besar. Anak itu mulai dekat dengan pertengahan sisi kiri jalan dan hampir saja sebuah mobil yang ada di depanku menabraknya. Demikian pula aku hampir menabrak mobil tersebut. Maka sopir mobil tersebut membalikkan arah mobilnya dengan kuat ke arah kiri. Lalu anak itu berada tepat di depanku sementara banyak mobil di belakangku melaju dengan cepat sebagaimana kebiasaan di jalur cepat seperti antara Jakarta dan Bogor.

Darah pada nadiku menjadi tegang, berhentilah segala sesuatu yang ada pada diriku, di mana aku menjadi bingung. Jika aku menghentikan mobil dengan kuat, maka mobil-mobil yang ada di belakangku akan menabrakku yang tentunya tanpa diragukan lagi akan mengakibatkan anak tersebut terlempar jauh. Dan jika aku balikkan arah mobilku ke arah kiri sebagaimana yang dilakukan oleh sopir yang tadi ada di hadapanku, maka aku akan menjadikan mobil-mobil yang ada di belakangku akan mengarah kepada dilema yang sama, boleh jadi lebih buruk.

Akan tetapi karena bagusnya kehati-hatian sopir di belakangku yang tidak tahu permasalahan ini, dia mengurangi kecepatan laju mobilnya yang membantuku bisa menghentikan mobilku di jalan. Demikian pula dia pun berhenti di belakangku. Lalu mulailah mobil-mobil tersebut berhenti satu persatu. Banyak sekali di antara mobil-mobil yang telah mendahului kami menghindari anak tersebut telah berhenti di sisi pinggir jalan, akan tetapi dalam jarak yang sedikit jauh. Semua ini terjadi sementara anak tersebut masih terus berjalan di tengah jalan menuju ke Makkah.

Maka saat aku telah benar-benar berhenti, aku keluar dengan cepat menuju anak tersebut. Sedangkan dia telah sampai ke dekat besi pembatas jalan yang memisahkan dua jalan. Dia berjalan dengan menenteng tas kecil tersebut. Saat dia sampai ke pembatas jalan dan ingin melewatinya dengan menerobos di bawahnya aku ingin sekali untuk memegangnya saat itu, sebelum dia bisa melewati pembatas jalan, tiba-tiba terjadi kejadian baru di jalan lain, akan tetapi alhamdulillah salah satu sopir telah mendahuluiku menangkapnya dengan kuat, saat dia ingin lewat di bawah pembatas jalan tersebut.

Saat aku telah sampai pada anak tersebut, aku adalah satu di antara tiga orang yang telah sampai di sana. Akupun menangis karena penistiwa yang menegangkan tersebut, demikian pula anak itu, dia mulai menangis karena takut terhadap orang-orang asing yang berkerumun di sekitarnya. Pada saat orang-orang bertanya dari mana anak kecil dalam keadaan ihram yang berumur tiga tahun ini? Mau ke mana dia di jalan jalur cepat ini? Dan apa kisah tas yang ditenteng dengan kedua tangannya? Tiba-tiba ada seorang laki-laki dan seorang wanita berteriak dengan suara tinggi sambil berlari ke arah kami.

Saat keduanya sampai di tempat kami, keduanya langsung menggendong puteranya dan menangis sejadi-jadinya. Kamipun menangis karena tangisan keduanya. Saat itu, ayah dan ibu tersebut dalam keadaan histeris, terutama sang ibu. Maka mulailah orang-orang memberikan minuman kepada ayah dan ibu tersebut. Akupun demikian butuh kepada orang yang memberiku minum karena kejadian tegang yang aku lihat dan karena sangat tersentuhnya hatiku dengan kejadian ini.

Saat sang ayah telah mulai tenang, aku bertanya kepadanya, bagairnana sang anak bisa sampai ke sini? Maka dia menjawab seraya berkata: “Kami keluar dan Makkah setelah
menyelesaikan manasik Umrah, lalu kami merasa sangat kelelahan. Lalu kami berhenti di bawah Jembatan itu untuk berteduh dan beristirahat beberapa waktu. Kamipun tertidur karena sangat lelah, dan anak kami mengambil tas tangan milik ibunya dan menuju ke jalan tanpa sepenqetahuan kami. Kami tidak mengetahui kejadian tersebut kecuali setelah banyak mobil berhenti di sisi-sisi kami dan kami kehilangan anak kami. Maka kami merasa telah terjadi sesuatu dengannya, namun ahamdulillah atas keselamatannya.”

Sang ayah mengambil putranya menuju mobilnya dan mulailah mobil- mobil tersebut bergerak. Akan tetapi aku tetap diam sebentar karena sangat tersentuh dengan kejadian ini. Gambaran kejadian masih tergambar di hadapanku. Kemudian terbayang kedua putriku, aku putuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju kembali ke Makkah dan tidak melanjutkan perjalanan menuju ke Jeddah.

Aku kembali dengan penuh kerinduan yang dalam untuk melihat kedua putriku. Sepanjang jalan aku rnenghubungi HP istriku agar aku tenang akan keadaan keduanya, namun HPnya mati. Saat aku sampai di rumah, aku langsung masuk ke kamar kedua putriku, dan aku mendapati keduanya sedang dalam keadaan tidur, akupun menggendong keduanya sementara air mata mengalir deras dari kedua mataku. Betapa besar nikmat anak-anak ini, yang kadang kita melupakannya, dan kita butuh sebuah kejadian untuk bisa merasakan keagungan nikmat tersebut.

Sesungguhnya kelembutan Allahlah yang telah menyelamatkan anak tersebut dari kejadian yang menegangkan itu. Ayahnya adalah seorang yang shalih, dan mengenalnya sebagi seorang imam di salah satu masjid. Kejadian ini mengingatkanku dengan kisah dua orang anak yatim yang disebutkan dalam surat al-Kahfi. Di mana Allah menjaga harta milik keduanya karena keshalihan kedua orangtuanya. Maka dengan keshalihan orangtualah Allah akan menjaga anak-anak.

Ya Allah, jika kami teledor terhadap anak-anak kami atau kami melupakan keagungan nikmat anak-anak tersebut, maka ampunilah kami, dan muliakanlah kami dengan kelembutan dan penjagaan-Mu. (AR)*
loading...

0 Response to "KELEMBUTAN ALLAH TERHADAP HAMBA-HAMBANYA"

Posting Komentar