loading...
Loading...
Seorang lelaki melalui sebuah kawasan perkuburan di suatu malam yang kelam dan sunyi. Tiba-tiba ia melihat suatu cahaya yang terang benderang menjulang ke langit dari sebuah makam.
Tertegun dan kaku melihat kejadian itu. Dia terfikir kemungkinan makam ini adalah makam seseorang yang sangat istimewa. Mungkin ia seorang wali Allah atau ulama atau orang soleh yang istimewa kedudukannya di sisi Allah.
Diambilnya sebatang kayu lalu ditancapkan di atas kuburan yang bercahaya itu. Keesokan harinya lelaki itu datang lagi ke kawasan pemakam itu dengan ditemani beberapa orang kampung.
Beliau ingin menyelidiki dan ingin mengetahui makam siapakah yang sangat ajaib itu.
Untuk mengetahui dengan lebih lanjut, lelaki itu berkunjung ke rumah penghuni makam itu dan bertemu dengan isterinya, lalu menceritakan keajaiban yang dilihat di pemakaman suaminya.
Anehhnya isterinya terkejut dan keheranan. Dia sangat mengenal suaminya. Suaminya bukan siapa-siapa. Suaminya seorang petani biasa saja.
Bukan seorang alim, bukan seorang ahli ibadat, bukan orang soleh, apa lagi bukan imam, bukan muazzin, bukan guru al-Quran. Malah suaminya tidak pandai membaca Quran dan dia tidak pernah mendengar suaminya membaca Quran.
Akhirmya lelaki itu bertanya apakah ada amalan-amalan lainnya yang dilakukan suaminya secara istiqomah lakukan dalam kehidupan sehari-harinya.
Akhirnya isterinya teringat suatu amalan yang selalu dilakukan oleh suaminya, setiap kali sebelum tidur pada setiap malam suaminya akan mengambil wudhu, kemudian masuk di dalam suatu ruangan lalu diambilnya al-Qur’an di atas rak ; diciumnya dan dipeluknya Al-Qur’an dengan penuh kecintaan dan kasih sayang.
Ia duduk dan membuka Al-Qur’an itu sehelai demi sehelai seperti sedang membaca, sedangkan ia seorang yang buta al-Qur’an. Dia meraba-raba ayat-ayat Qur’an itu dengan tangannya, seolah-olah sedang menyentuh dan membelai sesuatu yang sangat dikasihi.
Tambah isterinya lagi, ia pernah mendengar rintihan dan isakan tangis suaminya yang sangat sedih, mendayu-dayu dengan penuh penyesalan.
“Tuhanku! Ampunilah aku karena aku tidak mampu membaca kalimah-kalimahmu ini. Janganlah engkau hukum aku di atas kebodohanku ini ya Allah.”
“Wahai Qalam Allah, maafkan kesalahanku. Aku tidak mampu membaca kalimah-kalimahmu. Aku tidak dapat bersahabat denganmu. Aku tidak dapat memahamimu. Tapi aku sangat mengasihimu. Aku sangat mencintaimu.“
“Wahai Qalamullah, janganlah engkau menghukum aku, jangan engkau menuduh aku di hadapan Allah di akhirat nanti”.
Lelaki itu meminta untuk melihat al-Quran kesayangan suaminya itu. Benar dan sangat mengharukan apabila ia melihat naskah yang mulia itu kelihatan lusuh, helaian-helaiannya kelihatan selalu dibuka berkali-kali. Dan ada bekas-bekas airmata di kertasnya, tanda seseorang sering menangis berjurai airmatanya tatkala membuka lembaran yang maha suci ini.
Pastinya lelaki ini sangat mulia peribadinya. Hatinya telah bersatu dengan ruh al-Qur’an. Dia sangat mengasihi kalimah-kalimah Allah itu dengan sesungguhnya. Berarti ia mengasihi Allah dengan seluruh jiwa dan raganya.
Marilah kita menghidupkan al-Quran di dalam masjid kita, didalam rumah kita, di dalam diri kita, setiap masa dan ruangkan masa setiap hari untuk membaca dan fahami isi-isinya.
loading...
0 Response to "Kisah Seorang Buta Al-Qur’an, Tapi Makamnya Bercahaya"
Posting Komentar