loading...
Loading...
Setidaknya, sekarang kita sudah bisa menyaksikan siapa saja yang berdiri bersama umat Islam dan siapa pula yang justru bersama "mereka" pencela Al-Quran
LEBIH dari 14 abad silam, peristiwa serupa pernah terjadi di Madinah. Di awal-awal hijrah dan terbentuknya masyarakat muslim, segala karakter dan status keimanan tercampur di kota itu. Kaum muslimin bingung kepada siapa harus berteman akrab dan kepada siapa harus berhati-hati? Kawan dan lawan menyatu tanpa bisa dibedakan. Hingga akhirnya, datanglah ancaman 3000 Pasukan Quraisy dalam Perang Uhud, tahun 3 Hijriyah.
Mobilisasi untuk mempertahankan Islam pun digelar, dan hasilnya 1000 orang siap berangkat berjihad, dari berbagai golongan.
Tapi, Allah Subhanahu Wata’ala tidak rela para pembela agamanya kecuali dari kalangan yang tulus imannya. Allah gentarkan hati kaum munafikin itu, hingga sekitar sepertiga pasukan pun berbalik pulang dengan beragam alasan.
Abdullah bin Ubay bin Salul tidak bisa lagi menyembunyikan wajah aslinya yang buruk menyeringai itu. Demikian pula konco-konconya. Sejak saat itu, Rasulullah pun paham dan para Sahabat mengerti siapa yang sungguh-sungguh bersama mereka dan siapa yang munafik.
Allah Subhanahu Wataala mengisyaratkan hal ini dalam firman-Nya:
مَا كَانَ اللَّهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ عَلَىٰ مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ حَتَّىٰ يَمِيزَ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ ۗ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَجْتَبِي مِنْ رُسُلِهِ مَنْ يَشَاءُ ۖ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ۚ وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا فَلَكُمْ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Artinya: “Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar.” (QS Ali Imran: 179).
Siapa bersama kita, siapa bersama mereka
Sudah menjadi ketetapan Allah Subhanahu Wata’ala bahwa kita tidak bisa mengetahui yangghaib. Isi hati manusia adalah rahasia seseorang dengan Tuhannya saja. Tapi, saat Allah berkehendak menyingkapnya, Dia akan mewujudkan sebab-sebab yang mendorong siapa pun untuk bereaksi secara alamiah sesuai isi hatinya itu, tak terelakkan lagi.
Andai Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tidak terpeleset lidahnya di Kepulauan Seribu, kita tidak pernah tahu siapa yang peduli pada agamanya dan siapa yang cuek pada Kitab Sucinya Al-Quran.
Kita pun tidak akan punya bukti nyata siapa mukmin yang jujur dan siapa yang munafik.
Maka, jangan menyangka ini buruk bagi kita. Justru peristiwa ini baik bagi kaum muslimin. Allah Subhanahu Wata’ala masih menyayangi umat Islam di sini, sehingga Dia tidak membiarkan kita berada dalam ketidakjelasan status seperti sebelumnya.
Sekarang, kita sudah bisa menyaksikan siapa saja yang berdiri bersama umat Islam dan siapa pula yang justru bersama “mereka” pencela Al-Quran.
Media massa apa saja yang berpihak dan di mana posisi mereka. Andai Allah Subhanahu Wata’ala tidak memunculkan sebab ini, kita tidak mungkin mengerti isi hati mereka. Itu perkara ghaib bagi kita, tapi tidak bagi Allah; dan sebegitu mudahnya Dia singkap topeng-topeng mereka sekarang.
Jadi, bersyukurlah Allah Subhanahu Wata’ala masih memperhatikan kita dan bersedia menunjukkan jatidiri kawan maupun lawan kaum muslimin yang sesungguhnya. Semoga kita dipilih oleh-Nya menjadi bagian dari orang-orang yang berada di belakang Rasul-Nya, bukan di depannya; yang mengangkat Al-Quran di atas kepalanya, bukan yang menginjaknya. Ayat 179 dari surah Ali Imron di atas menyiratkan sebuah “seleksi alam”. Kita sedang diayak oleh Allah, untuk dipilah dan dipilih. Kita hanya diminta beriman dengan sungguh-sungguh, dan kita tunggu apa yang akan Dia perjalankan selanjutnya.
Allah Subhanahu Wata’ala tidak tidur dan alam semesta tidak dilepaskan bergulir begitu saja. Dia terus memperhatikan kita dan mengendalikan urusan-urusan. Bila kaummunafiqun, kafirun, musyrikun itu punya rencana, maka sesungguhnya Allah Subhanahu Wata’ala juga punya rencanaNya. Dan, rencana-Nya teramat teguh tak terkalahkan. Kita akan menyaksikan peristiwa-peristiwa lebih besar setelah ini, entah apa, cepat maupun lambat.
loading...
0 Response to "Mensyukuri ‘Terplesetnya’ Lidah Sang Penista"
Posting Komentar