loading...
Loading...
Setelah datang ke daerah Ampel Denta, Kecamatan Semampir, Surabaya, Jawa Timur, Sayyid Ali Rahmatullah atau Raden Rahmat mulai membangun pemukiman. Kali pertama yang dia dirikan adalah masjid, untuk pusat belajar ilmu agama bagi para pangeran dan bangsawan Majapahit.
Saat mendirikan masjid, Raden Rahmat dibantu dua muridnya, Sonhaji dan Sholeh. Dua orang ini berperan penting atas suksesnya pembangunan masjid, yang kemudian dinamakan Masjid Sunan Ampel.
Setelah Ampel Denta berdiri dan menjadi pusat sekolah agama bagi para pangeran, bangsawan dan penduduk setempat, gelar Sunan Ampel disematkan murid-muridnya kepada Raden Rahmat.
Saat berangkat ke Surabaya, Raja Majapahit Prabu Brawijaya V menyertakan 300 keluarga kerajaan mengiringi perjalanan Raden Rahmat untuk mengajar Islam di Surabaya.
Selama dalam perjalanan, Raden Rahmat juga menebarkan benih-benih Islam kepada penduduk daerah yang disinggahi. Oleh karen itu, meski belum sampai dan membangun Pesantren Ampel Denta, jumlah pengikut Raden Rahmat sudah makin banyak.
Sampai dan Ampel Denta berdiri jumlah muridnya menjadi luar biasa banyak. Bahkan dari Ampel Denta, lahir ulama-ulama besar anggota Dewan Wali atau yang dikenal dengan Wali Songo.
Sebut saja Raden Paku yang bergelar Sunan Giri, kemudian dua putra Sunan Ampel, yaitu Sunan Bonang dan Sunan Drajat, tak ketinggalan Raden Patah, pendiri kerajaan Islam pertama di Tanah Jawa, Kerajaan Demak Bintoro.
"Semuanya ditempa ilmu agama oleh Kanjeng Sunan Ampel. Selain pangeran dan kaum bangsawan, rakyat jelata juga banyak yang nyantri di Ampel Denta dan menjadi mubalig-mubalig andal," kata Giman, salah satu peziarah makam Sunan Ampel kepada merdeka.com, Selasa (7/7).
Begitu pun yang dituturkan salah satu peziara Abdul Rahman, katanya sejak Ampel Denta berdiri, Sunan Ampel menerapkan model pendidikan yang tidak jauh beda dengan ayahnya, Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik alias Kakek Bantal.
"Pusat pendidikan Ampel Denta, juga disebut pondok pesantren yang diilhami oleh gaya pendidikan kaum Hindu menempa cantrik-cantriknya yang disebut sastri di Wanasrama Mandala. Sebutan sastri juga diganti dengan santri," tutur bapak dua anak itu.
"Model pendidikan agama di Pondok Pesantren ini, terus berkembang hingga saat ini. Begitu juga sebutan musala (tempat ibadah) menjadi langgar, asal kata sanggar, yang hingga saat ini masih digunakan. Sembahyang juga sampai saat ini masih digunakan oleh orang Jawa untuk menyebut kata salat," katanya.
Sejak membuka Pondok Pesantren di Ampel Denta, cerita Abdul Rahman, nama Raden Rahmat lebih dikenal dengan sebutan Kanjeng Sunan Ampel. "Peninggalan Sunan Ampel yang hingga saat ini masih berdiri megah adalah Masjid Rahmat di Kembang Kuning, dan Masjid Sunan Ampel di Kelurahan Ampel, Kecamatan Semampir," pungkasnya.
loading...
0 Response to "Asal usul Raden Rahmat mendapat gelar Sunan Ampel"
Posting Komentar