loading...
Loading...
Diceritakan bahwa Syaikh ‘Isa al Hatar al Yamani pernah didatangi utusan seseorang yang mengolok-oloknya dengan membawa dua bejana penuh arak. Kemudian Syaikh ‘Isa menuangkan arak dari salah satu bejana ke wadah lainnya. Dan Syaikh berkata kepada murid-muridnya,” Dengan menyebut nama Allah, makanlah!”. Mereka lalu memakannya dan tiba-tiba arak itu berubah menjadi mentega dan tidak terlihat sedikitpun warna maupun aroma arak.
Melipat jarak bumi/nglempit bumi
Diceritakan bahwa beberapa wali berkumpul di masjid Tharsus, mereka ingin sekali mengunjungi Masjidil Haram. Mereka kemudian memasukkan kepala ke dalam saku masing-masing. Ketika kepala mereka dikeluarkan, mereka sudah sampai di Masjidil Haram.
Berbicara dengan benda mati dan binatang
Diceritakan bahwa Ibrahim bin Adhom memanggil sebatang pohon delima ketika ingin sekali memakannya. Beliau memakannya, mulanya buahnya kecil, tetapi kemudian memanjang. Dan yang mulanya asam, menjadi manis. Peristiwa ini terjadi dua kali dalam setahun.
Menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Al Sari menceritakan bahwa ia pernah bertemu dengan seorang laki-laki di sebuah gunung yang dapat menyembuhkan cacat sebagian anggota badan, buta dan penyakit lainnya.
Diceritakan kisah Syaikh Abdul Qodir ketika berkata kepada seorang bocah yang lumpuh, buta dan sakit lepra,”Bangunlah dengan izin Allah,”. Akhirnya bocah tersebut bangun tanpa kesulitan.
Menundukkan binatang
Banyak orang menceritakan bahwa ada wali yang selalu diikuti hujan, diantaranya Syaikh Abul ‘Abbas al Syathir (dari kelompok mutaakhirin) yang pernah menjual hujan dengan harga beberapa dirham.
Terjaga dari makanan haram
Diceritakan bahwa Al Harits Al Muhasibi mampu mencium aroma panas makanan yang haram sehingga ia tidak jadi memakannya. Ada yang mengatakan tubuhnya bergerak-gerak jika menemukan makanan haram.
Menghilangkan pengaruh racun dan hal yang membahayakan
Diceritakan bahwa pada suatu hari seorang syaikh ditantang oleh seorang raja untuk menunjukkan karomahnya,”Kalau engkau tidak dapat menunjukkan hal yang luar biasa kepadaku, maka aku akan membunuh murid-muridmu ini.” Saat itu, di dekat syaikh ada kotoran unta, lalu syaikh berkata,”Lihatlah!” Tiba-tiba kotoran itu berubah menjadi emas. Di sisi syaikh ada gayung tanpa air. Lalu ia mengambil gayung itu dan melemparkannya ke udara. Sewaktu ia mengambilnya kembali, gayung itu sudah penuh air, padahal posisi gayung itu terbalik tetapi tidak ada setetes airpun yang tumpah.
Sang raja berkomentar,”Ini sihir!” Selanjutnya raja menyalakan api besar, lalu menyuruh murid-murid syaikh memasukinya. Selesai mengelilingi api, masuklah syaikh dan beberapa muridnya ke dalam api. Kemudian syaikh keluar lagi dari api itu dan menyambar putra kecil sang raja. Ia masuk kembali ke dalam api dan menghilang selama 1 jam sampai raja menduga anaknya ikut terbakar. Kemudian syaikh dan anak raja itu keluar sambil memegang apel dan delima.
Sang ayah bertanya,’Dari mana saja kamu?” Jawabnya,”Dari taman,” Berkomentarlah para punggawa raja,”Ini dibuat-buat tidak nyata”. Sang raja berkata kepada syaik itu,”Kalau kamu bisa selamat minum segelas racun ini, maka aku akan mempercayaimu.” Syaikh itu meminumnya, maka terkoyak-koyaklah pakaiannya. Hadirin lalu memberi pakaian yang lain, maka terkoyak-koyaklah kainnya. Demikianlah hal tersebut dilakukan berulang-ulang hingga hancurlah pakaian syech tersebut hingga kelihatan ototnya. Tetapi racun yang mematikan itu tidak berpengaruh apa-apa
Lain-lain
Diceritakan bahwa Syaikh Abu Ishaq al Syirazi mampu melihat Ka’bah, padahal ia sedang berada di Baghdad.
Dicaritakan bahwa Qadhib al Ban al Musili, salah seorang abdal, dituduh meninggalkan sholat oleh seseorang yang belum pernah melihatnya. Ia tiba-tiba mengubah dirinya menjadi beberapa bentuk lalu bertanya,”Dalam bentuk mana engkau melihatku tidak melakukan sholat?”
Adalah kisah tentang seorang sufi besar di Kairo yang berwudhu secara tidak berurutan di madrasah Suyufiyyah. Kemudian ada orang menegurnya,” Wahai Syaikh wudhumu tidak berurutan.” Syaikh itu lalu menjawab,”Saya selalu wudhu dengan urut, kamu yang salah lihat,” ia lalu mengambil tangan orang itu dan memperlihatkan Ka’bah kepadanya. Orang itu kemudian melewati Mekah dan melihat syaikh itu ada di Mekah dan ia tinggal di sana beberapa tahun.
Diceritakan pula bahwa ada seseorang yang dilanda kehausan di tengah perjalanan menunaikan ibadah haji. Ia tidak menemukan seorangpun yang memiliki air. Ia hanya menemukan seorang sufi sedang menyandarkan tongkat di suatu tempat, sementara air memancar dari bawah tongkat itu. Selanjutnya ia memenuhi bejana miliknya dengan air itu. Selanjutnya ia memenuhi bejana miliknya dengan air itu, kemudian ia menunjukkan sumber air itu kepada jamaah haji rombongannya, akhirnya mereka memenuhi bejana yang mereka bawa dengan air tersebut.
Kemudahan para ulama untuk menyusun suatu karya dalam waktu relative singkat. Mereka mampu menyusun bayak kitab di tengah kesibukan dalam bidang keilmuan sampai mereka wafat, padahal untuk menuliskan kitab-kitab itu pun waktu yang ada tidak mencukupi apalagi untuk mengarangnya. Hal ini termasuk karomah memanjangkan waktu. Para ulama sepakat bahwa umur Imam Syafi’i r.a. tidak cukup untuk menyusun sepuluh kitabnya, padahal ia setiap hari menghatamkan Al Qur’an sambil merenungkannya. Dan setiap bulan Romadhon ia khatam dua kali sehari, padahal ia sibuk mengajar, memberi fatwa, berfikir dan berdzikir serta kadang tertimpa sakit karena ia terkena satu atau dua penyakit atau lebih, dan mungkin ia terkena 30 macam penyakit. Demikian juga yang terjadi pada Imam Haromain Abu Ma’ali al Juwaini r.a., bila umur, karya-karya yang dihasilkannya, pertemuan-pertemuannya untuk pengajaran, dan waktu dzikirnya di majelis dzikir yang tidak pernah terlewatkan dibandingkan, niscaya umurnya tidak cukup untuk melakukan semua itu.
Al Junaid menceritakan bahwa Abu Hafshah al Naisaburi dan ‘Abdullah al Ribati beserta jama’ahnya pernah berkunjung kepadanya. Diantara mereka ada yang kepala bagian depannya botak dan sedikit bicara. Pada suatu hari si botak bertanya kepada Abu Hafshah,”Salah seorang jamaah yamg kemarin ke sini memiliki tanda-tanda karomah yang nyata, tetapi aku tidak melihat sesuatupun pada dirimu.” Abu Hafshah r.a. menjawab ,”Kemarilah,”. Kemudian ia membawanya ke pasar pandai besi. Abu Hafshah menuju tungku besar dan memasukkan besi besar ke dalam tungku kemudian memasukkan tangannya ke tungku tersebut dan mengambil besi yang terbakar itu lalu mengeluarkannya hingga menjadi dingin di tangannya. Kemudian ia berkata kepada orang itu,”Inikah yang kau inginkan?”
Diceritakan bahwa suatu kali Syekh Abu Madyan berjalan di gurun pasir sampai ke sebuah sumur yang airnya meluap hingga bibir sumur, lalu ia berkata,”Aku tahu Engkau mampu melakukan ini sedangkan aku tidak mampu melakukannya. Seandainya Engkau mendatangkan seorang badui kepadaku, niscaya ia akan menamparku dan memberiku minum, sungguh hal itu lebih aku sukai dan aku tahu bahwa bantuan orang badui itu bukan dari dirinya sendiri.”
Abu Abdillah al Tawadi yang membawa secarik kain dan memagang sisinya, kemudian ia menunjukkan ujungnya kepada penjahit sambil berkata kepadanya,”Ambillah kain ini sehingga cukup untuk orang banyak.” Kain itu lalu diambil tapi tetap tidak habis-habis dengan izin Allah. Lalu penjahit itu berkata,”Kain ini tidak habis-habis”. Lalu Abu ‘Abdillah melemparkan kain itu dan berkata,”Sudah, cukup!”
Semua itu terjadi berkat Allah Yang Maha Suci yang telah memberikan berkah dan rahmat kepada para wali.
dinukil dari Jami’ Karomat al Awliya karya Syeh Yusuf Nabhani
Insya Allah bersambung lagi, silahkan tunggu
Lain-lain
Diceritakan bahwa Syaikh Abu Ishaq al Syirazi mampu melihat Ka’bah, padahal ia sedang berada di Baghdad.
Dicaritakan bahwa Qadhib al Ban al Musili, salah seorang abdal, dituduh meninggalkan sholat oleh seseorang yang belum pernah melihatnya. Ia tiba-tiba mengubah dirinya menjadi beberapa bentuk lalu bertanya,”Dalam bentuk mana engkau melihatku tidak melakukan sholat?”
Adalah kisah tentang seorang sufi besar di Kairo yang berwudhu secara tidak berurutan di madrasah Suyufiyyah. Kemudian ada orang menegurnya,” Wahai Syaikh wudhumu tidak berurutan.” Syaikh itu lalu menjawab,”Saya selalu wudhu dengan urut, kamu yang salah lihat,” ia lalu mengambil tangan orang itu dan memperlihatkan Ka’bah kepadanya. Orang itu kemudian melewati Mekah dan melihat syaikh itu ada di Mekah dan ia tinggal di sana beberapa tahun.
Diceritakan pula bahwa ada seseorang yang dilanda kehausan di tengah perjalanan menunaikan ibadah haji. Ia tidak menemukan seorangpun yang memiliki air. Ia hanya menemukan seorang sufi sedang menyandarkan tongkat di suatu tempat, sementara air memancar dari bawah tongkat itu. Selanjutnya ia memenuhi bejana miliknya dengan air itu. Selanjutnya ia memenuhi bejana miliknya dengan air itu, kemudian ia menunjukkan sumber air itu kepada jamaah haji rombongannya, akhirnya mereka memenuhi bejana yang mereka bawa dengan air tersebut.
Kemudahan para ulama untuk menyusun suatu karya dalam waktu relative singkat. Mereka mampu menyusun bayak kitab di tengah kesibukan dalam bidang keilmuan sampai mereka wafat, padahal untuk menuliskan kitab-kitab itu pun waktu yang ada tidak mencukupi apalagi untuk mengarangnya. Hal ini termasuk karomah memanjangkan waktu. Para ulama sepakat bahwa umur Imam Syafi’i r.a. tidak cukup untuk menyusun sepuluh kitabnya, padahal ia setiap hari menghatamkan Al Qur’an sambil merenungkannya. Dan setiap bulan Romadhon ia khatam dua kali sehari, padahal ia sibuk mengajar, memberi fatwa, berfikir dan berdzikir serta kadang tertimpa sakit karena ia terkena satu atau dua penyakit atau lebih, dan mungkin ia terkena 30 macam penyakit. Demikian juga yang terjadi pada Imam Haromain Abu Ma’ali al Juwaini r.a., bila umur, karya-karya yang dihasilkannya, pertemuan-pertemuannya untuk pengajaran, dan waktu dzikirnya di majelis dzikir yang tidak pernah terlewatkan dibandingkan, niscaya umurnya tidak cukup untuk melakukan semua itu.
Al Junaid menceritakan bahwa Abu Hafshah al Naisaburi dan ‘Abdullah al Ribati beserta jama’ahnya pernah berkunjung kepadanya. Diantara mereka ada yang kepala bagian depannya botak dan sedikit bicara. Pada suatu hari si botak bertanya kepada Abu Hafshah,”Salah seorang jamaah yamg kemarin ke sini memiliki tanda-tanda karomah yang nyata, tetapi aku tidak melihat sesuatupun pada dirimu.” Abu Hafshah r.a. menjawab ,”Kemarilah,”. Kemudian ia membawanya ke pasar pandai besi. Abu Hafshah menuju tungku besar dan memasukkan besi besar ke dalam tungku kemudian memasukkan tangannya ke tungku tersebut dan mengambil besi yang terbakar itu lalu mengeluarkannya hingga menjadi dingin di tangannya. Kemudian ia berkata kepada orang itu,”Inikah yang kau inginkan?”
Diceritakan bahwa suatu kali Syekh Abu Madyan berjalan di gurun pasir sampai ke sebuah sumur yang airnya meluap hingga bibir sumur, lalu ia berkata,”Aku tahu Engkau mampu melakukan ini sedangkan aku tidak mampu melakukannya. Seandainya Engkau mendatangkan seorang badui kepadaku, niscaya ia akan menamparku dan memberiku minum, sungguh hal itu lebih aku sukai dan aku tahu bahwa bantuan orang badui itu bukan dari dirinya sendiri.”
Abu Abdillah al Tawadi yang membawa secarik kain dan memagang sisinya, kemudian ia menunjukkan ujungnya kepada penjahit sambil berkata kepadanya,”Ambillah kain ini sehingga cukup untuk orang banyak.” Kain itu lalu diambil tapi tetap tidak habis-habis dengan izin Allah. Lalu penjahit itu berkata,”Kain ini tidak habis-habis”. Lalu Abu ‘Abdillah melemparkan kain itu dan berkata,”Sudah, cukup!”
Semua itu terjadi berkat Allah Yang Maha Suci yang telah memberikan berkah dan rahmat kepada para wali.
dinukil dari Jami’ Karomat al Awliya karya Syeh Yusuf Nabhani
Insya Allah bersambung lagi, silahkan tunggu
loading...
0 Response to "Keajaiban para Nabi dan Wali"
Posting Komentar