loading...
Loading...
Jeewan Chanicka memeluk islam saat berusia 10 tahun
Usia 10 tahun terbilang masih sangat belia. Jika di negeri ini, usia tersebut masuk dalam kategori siswa kelas lima atau enam sekolah dasar. Usia bocah ingusan. Namun di usia tersebut, seorang pria asal Toronto, Kanada mendapatkan hidayah menakjubkan dari sang Khaliq.
Dialah Jeewan Chanicka, seorang guru, sekaligus penyanyi dan penulis. Ia mengisahkan perjalanan hidayahnya yang dimulai sejak usia 10 tahun tersebut dengan mata berbinar. Meski kini ia telah dewasa, perjalanan berat itu tak kan terlupa.
"Mengapa saya ada di sini, di bumi? Apa tujuan saya hidup? Pertanyaan-pertanyaan itu mengganggu hidupku setiap hari sejak usia 10 tahun,” tutur Jeewan. Pertanyaan itulah yang nantinya mengantarkan pada cahaya Islam.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dipikirkannya setiap hari hingga membuat Jeewan kecil frustrasi. Tentu saja, karena pertanyaan itu terlalu berat untuk dipikirkan anak seusianya. Jeewan bahkan dianggap stres dan gila oleh kawan-kawannya karena sering bimbang dengan segala pertanyaan hidupnya. Tak jarang di antara mereka kemudian menjadikan Jeewan bahan olok-olok hingga bullying.
Jeewan lalu mendapatkan sedikit jawaban dari bimbingan sang kakek. Ada sebuah kalimat kakek yang membuat pertanyaan hidupnya sedikit memiliki ruang untuk menemukan jawaban. "Ada kata-kata kakek yang sering kali terngiang di telinga saya, bahwa ‘Tuhan tidaklah menciptakan manusia hanya untuk mengisi ruang kosong di bumi’," tutur Jeewan.
“Tuhan” kemudian menjadi layaknya keyword yang menyerap banyak perhatian Jeewan. Tuhan lah yang menciptakan maka Tuhan pula yang tahu alasan penciptaannya. Maka dimulailah perjalanan Jeewan mencari Tuhan.
Namun kemudian perjalanan tersebut cukup menyulitkan. Pasalnya, Jeewan lahir di tengah keluarga dua agama, yakni Hindu dan Katholik. Jeewan kecil pun bahkan mengenyam pendidikan di sekolah Hindu saat sekolah dasar dan sekolah katolik saat sekolah menengah. Jeewan tak menemukan jawaban dari kedua agama, namun ia memiliki keyword baru selain “Tuhan”. Itu adalah “ibadah”. Jeewan berpikir, ibadah kepada Tuhan mungkin menjadi alasan manusia hidup di dunia.
Pikiran itu pun kemudian menjadi jawaban sementara yang diterima akal sehatnya hingga ia membaca sebuah kisah menarik. Kisah itu bukan lain mengenai kehidupan Rasulullah. "Dia buta huruf, tapi seorang pemimpin yang kuat. Dia berjaga di malam hari jika memiliki uang karena di pagi hari ingin segera membagikannya kepada fakir miskin. Ia pemimpin, namun tidur di tanpa alas. Ia menaklukkan kota namun tanpa menumpahkan darah, ia mengampuni musuh yang menyiksanya bertahun-tahun," ujar Jeewan mengingat kekagumannya pada sosok Muhammad saat membaca kisah beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di waktu kecil.
Kisah itu kemudian mengantarkan Jeewan pada Islam. Hingga kemudian di usianya yang 11, Jeewan mengucapkan syahadat. “Saat usia 11 tahun, aku menjadi seorang Muslim. Kala itu, keputusan berislam bukanlah pilihan yang mudah, karena aku sangat takut dengan reaksi keluargaku. Mereka akan menerima apa saja yang aku lakukan, kecuali menjadi muslim. Mereka menganggap aku membuang segala potensi dan kecerdasanku jika aku menjadi seorang muslim," ujar Jeewan.
Kekhawatiran Jeewan ternyata benar adanya. Keluarganya menentang keras apalagi saat itu Jeewan masih terlalu belia untuk membuat keputusan. Belum lagi isu Islam sebagai agama terorisme makin membuat orang tua Jeewan melarang keislaman putranya. Namun Jeewan kecil tak goyah sedikitpun. Ia dengan sabar menghadapi segala hambatannya untuk berislam. Hingga tujuh tahun lamanya bersabar, keislaman Jeewan baru diterima keluarganya.
Saat ini Jeewan telah menjadi kepala sekolah di Sekolah Dasar Aldergrove Public School di kawasan York, Kanada. Ia juga aktif sebagai penulis sekaligus terkenal sebagai pelantun nasyid. Jeewan sangat aktif dalam kegiatan sosial terutama di bidang pendidikan anak. Kepeduliannya pada pendidikan pun membuat Jeewan mendapat banyak penghargaan, diantaranya International award dari Canadian Education Partnership yang berbasis di Washington DC, AS serta penghargaan Queen Elizabeth Diamond Jubilee. Jeewan pala bergabung dengan PBB untuk gerakan pendidikan perdamaian di Amerika Utara dan Asia Selatan.
Usia 10 tahun terbilang masih sangat belia. Jika di negeri ini, usia tersebut masuk dalam kategori siswa kelas lima atau enam sekolah dasar. Usia bocah ingusan. Namun di usia tersebut, seorang pria asal Toronto, Kanada mendapatkan hidayah menakjubkan dari sang Khaliq.
Dialah Jeewan Chanicka, seorang guru, sekaligus penyanyi dan penulis. Ia mengisahkan perjalanan hidayahnya yang dimulai sejak usia 10 tahun tersebut dengan mata berbinar. Meski kini ia telah dewasa, perjalanan berat itu tak kan terlupa.
"Mengapa saya ada di sini, di bumi? Apa tujuan saya hidup? Pertanyaan-pertanyaan itu mengganggu hidupku setiap hari sejak usia 10 tahun,” tutur Jeewan. Pertanyaan itulah yang nantinya mengantarkan pada cahaya Islam.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dipikirkannya setiap hari hingga membuat Jeewan kecil frustrasi. Tentu saja, karena pertanyaan itu terlalu berat untuk dipikirkan anak seusianya. Jeewan bahkan dianggap stres dan gila oleh kawan-kawannya karena sering bimbang dengan segala pertanyaan hidupnya. Tak jarang di antara mereka kemudian menjadikan Jeewan bahan olok-olok hingga bullying.
Jeewan lalu mendapatkan sedikit jawaban dari bimbingan sang kakek. Ada sebuah kalimat kakek yang membuat pertanyaan hidupnya sedikit memiliki ruang untuk menemukan jawaban. "Ada kata-kata kakek yang sering kali terngiang di telinga saya, bahwa ‘Tuhan tidaklah menciptakan manusia hanya untuk mengisi ruang kosong di bumi’," tutur Jeewan.
“Tuhan” kemudian menjadi layaknya keyword yang menyerap banyak perhatian Jeewan. Tuhan lah yang menciptakan maka Tuhan pula yang tahu alasan penciptaannya. Maka dimulailah perjalanan Jeewan mencari Tuhan.
Namun kemudian perjalanan tersebut cukup menyulitkan. Pasalnya, Jeewan lahir di tengah keluarga dua agama, yakni Hindu dan Katholik. Jeewan kecil pun bahkan mengenyam pendidikan di sekolah Hindu saat sekolah dasar dan sekolah katolik saat sekolah menengah. Jeewan tak menemukan jawaban dari kedua agama, namun ia memiliki keyword baru selain “Tuhan”. Itu adalah “ibadah”. Jeewan berpikir, ibadah kepada Tuhan mungkin menjadi alasan manusia hidup di dunia.
Pikiran itu pun kemudian menjadi jawaban sementara yang diterima akal sehatnya hingga ia membaca sebuah kisah menarik. Kisah itu bukan lain mengenai kehidupan Rasulullah. "Dia buta huruf, tapi seorang pemimpin yang kuat. Dia berjaga di malam hari jika memiliki uang karena di pagi hari ingin segera membagikannya kepada fakir miskin. Ia pemimpin, namun tidur di tanpa alas. Ia menaklukkan kota namun tanpa menumpahkan darah, ia mengampuni musuh yang menyiksanya bertahun-tahun," ujar Jeewan mengingat kekagumannya pada sosok Muhammad saat membaca kisah beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di waktu kecil.
Kisah itu kemudian mengantarkan Jeewan pada Islam. Hingga kemudian di usianya yang 11, Jeewan mengucapkan syahadat. “Saat usia 11 tahun, aku menjadi seorang Muslim. Kala itu, keputusan berislam bukanlah pilihan yang mudah, karena aku sangat takut dengan reaksi keluargaku. Mereka akan menerima apa saja yang aku lakukan, kecuali menjadi muslim. Mereka menganggap aku membuang segala potensi dan kecerdasanku jika aku menjadi seorang muslim," ujar Jeewan.
Kekhawatiran Jeewan ternyata benar adanya. Keluarganya menentang keras apalagi saat itu Jeewan masih terlalu belia untuk membuat keputusan. Belum lagi isu Islam sebagai agama terorisme makin membuat orang tua Jeewan melarang keislaman putranya. Namun Jeewan kecil tak goyah sedikitpun. Ia dengan sabar menghadapi segala hambatannya untuk berislam. Hingga tujuh tahun lamanya bersabar, keislaman Jeewan baru diterima keluarganya.
Saat ini Jeewan telah menjadi kepala sekolah di Sekolah Dasar Aldergrove Public School di kawasan York, Kanada. Ia juga aktif sebagai penulis sekaligus terkenal sebagai pelantun nasyid. Jeewan sangat aktif dalam kegiatan sosial terutama di bidang pendidikan anak. Kepeduliannya pada pendidikan pun membuat Jeewan mendapat banyak penghargaan, diantaranya International award dari Canadian Education Partnership yang berbasis di Washington DC, AS serta penghargaan Queen Elizabeth Diamond Jubilee. Jeewan pala bergabung dengan PBB untuk gerakan pendidikan perdamaian di Amerika Utara dan Asia Selatan.
loading...
0 Response to "Pria Ini Mendapat Hidayat di Usia 10 Tahun"
Posting Komentar