loading...
Loading...
Nabi Ismail adalah putra nabi Ibrahim dengan istri mudahnya yakni Siti Hajar. Siti Hajar adalah budak yang diberikan oleh Raja Mesir kepada Nabi Ibrahim a.s. Atas persetujuan Siti Sarah akhirnya nabi Ibrahim mau menikahi Siti Hajar.
Setelah menikah dengan Nabi Ibrahim, Siti Hajar akhirnya mengandung. Namun, ia menyembunyikan kandungannya dari Siti Sarah yang sudah lama menikah. Tapi belum juga di karuniai seorang anak. Sekeras apapun Siti Hajar menyembunyikan kandungannya, akhirnya terungkap juga rahasia tersebut. Dari rahim Siti Hajar lahirlah seorang anak laki-laki yang kemudian diberi nama Ismail.
Setelah kelahiran Ismail, Allah Subhaanahu wa Ta’ala memerintahkan Nabi Ibrahim membawa pergi Siti Hajar dan Ismail ke Mekah, maka Nabi Ibrahim memenuhi perintah itu dan ia pun pergi membawa keduanya ke Mekah di dekat tempat yang nantinya akan dibangunkan ka’bah. Pada saat itu masih padang pasir kosong yang belum di diami oleh manusia.
Siti hajar begitu cemas dan sedih ketika Nabi ibrahim akan meninggalkannya seorang diri bersama anaknya yang masih kecil, di tempat yang begitu sunyi senyap, tidak ada orang sama sekali, kecuali hanya pasir dan batu. Seraya merintih dan menangis, ia memegang kuat-kuat baju Nabi ibrahim as sambil memohon belas kasihannya, meminta agar ia tidak ditinggalkan seorang diri di tempat yang begitu hampa, tdak ada seorang manusia sama sekali, tidak ada binatang, tidak ada pohon dan air mengalir pun juga tidak terlihat di tempat itu. Semenara itu ia masih bertanggung jawab untuk mengasuh anak kecil yang masih menyusu kepadanya.
Lalu atas perintah Allah Swt Nabi Ibrahim a.s. pun kembali ke negri Syam pada istri pertamanya yaitu Siti Sarah.
Nabi Ibrahim melanjutkan perjalanannya dan sampai pada sebuah bukit. Nabi Ibrahim tidak dapat melihatnya lagi, Nabi Ibrahim menghadap ke arah Ka’bah lalu berdoa untuk Istri dan putranya dengan mengangkat kedua belah tangannya.
Siti Hajar langsung menyusui Ismail dan Siti Hajar minum air persediaan yang di bawanya. Hingga Suatu ketika Siti Hajar kehabisan air, beliau sangat kehausan sehingga air susunya pun kering. dia memandang kepada Ismail sang bayi yang sedang meronta-ronta kehausan. Dalam usahanya mencari air, Siti Hajar berlari kesana kemari sampai ke bukit Shafa dan Marwah.
Ia sangat berharap bisa mendapatkan sesuatu yang bisa menolongnya, namuan hanya batu dan pasir yang ditemuinya di sana, lalu dari bukit safa itu ia melihat bayangan air yang mengalir di atas bukit marwah, kemudian berlarilah ia ke bukti marwah, namun setelah sampai di sana yang dikiranya air ternyata hanya bayangan.
Kemudian ia mendengar ada suara yang memanggilnya dari bukti Shafa, pergilah ia ke bukit Shafa, namun setelah sampai di bukit Shafa ia tidak menjupai siapa-siapa.
Siti Hajar terus mendengar suara yang mengarah pada tempat di mana bayinya Ismail di baringkan dalam keadaan menangis sambil meronta-ronta dan menghentak-hentakan kakinya. Tiba-tiba, di dekat Ismail berbaring, memancarlah mata air. Melihat mata air tersebut, Siti Hajar langung berlari tergesa-gesa untuk menampung air tersebut. Di sebutlah air yang berlimpah itu dengan sebutan ‘’ Zam-Zam’’ yang artinya ‘’ Berkumpul’’.
Melihat air yang berlimpah Siti Hajar sangat gembira. Beliau langsung membasahi bibir Putranya dengan air tersebut. Seketika wajah Putranya terlihat sangat segar. Begitu pula dengan Siti Hajar. Wajahnya terlihat kembali bersinar, ia merasa senang, karena Allah telah memberikan Mukzijat dari Allah yang memberikan kehidupan, setelah di baying-bayangi oleh kematian.
Air tersebut berubah menjadi telaga, dan sampai saat ini di sebut dengan Telaga Zam-Zam. Usaha Siti Hajar mencari air tidak sia-sia, Beliau kesana kemari agar mendapatkan air hingga akhirnya sampai di Bukit Shafa dan Marwah. Hingga aat ini berjalan kaki dari Shafa ke Marwah di jadikan sebagai salah satu Rukun Haji yang di sebut Sha’i.
Ketika Ismail beranjak remaja, Nabi Ibrahim sangat gembira, namun kegembiraan itu tiba-tiba buyar karena perintah Allah SWT lewat mimpinya. Nabi ibrahim mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih puteranya, yaitu Nabi Ismail. Awalnya Nabi Ibrahim sangat sedih menerima mimpi itu.
Namun, mimpi seorang Nabi merupakan salah satu dari cara Allah menurunkan wahyunya kepada Nabi, jadi perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim as. Mengetahui perintah itu, ibrahim duduk dan termenung memikirkan ujian dari Allah yang begitu berat tersebut. Sebagai seorang ayah yang baru saja dikarunia seorang Putra setelah puluhan tahun didambakan, tiba tiba harus dijadikan qurban dan harus direnggut oleh tangan ayahnya sendiri.
Dengan berat hati Nabi Ibrahim menyampaikan mimpinya kepada Putranya tersebut. Mendengar perkataan Nabi Ibrahim as tentang mimpinya, Nabi Ismail as tanpa keraguan sedikitpun mengatakan kejakanlah apa yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Saat penyembelihan yang mengerikan telah tiba. Diikatlah kedua tangan dan kaki Nabi Ismail as, dibaringkan ia di atas lantai, lalu diambillah parang tajam yang sudah tersedia dan sambil memegang parang ditangannya, kedua mata Nabi ibrahi as masih tergenang air berpindah memadang wajah putranya dan ke arah yang mengkilap di tangannya, seakan-akan pada saat itu beliau menjadi tempat pertarungan antara perasaan seorang ayah di satu pihak dan kewajiban seorang rasul di satu pihak yang lain.
Pada akhirnya dengan memejamkan matanya, Nabi Ibrahim meletakkan parang pada leher Nabi Ismail as dan penyembelihan dilakukan. Tiba-tiba, Malaikat Jibril mengangkat Nabi Ismail as dan di gantikan dengan seekor Kambing, yang sangat besar dan gemuk.
loading...
0 Response to "Nabi Ibrahim dan Putranya"
Posting Komentar