loading...
Loading...
Tersebutlah seorang lelaki bernama Nusa. Ia tinggal di pinggir Sungai Kahayan bersama istri dan adik iparnya. Nusa setiap hari menggarap sawah dan juga menangkap ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Suatu ketika terjadi musim kemarau yang terus berkepanjangan. Sungai dan mata air mengering. Aneka tanaman merenggas dan layu. Seperti halnya warga lainnya, Nusa merasakan kesulitan yang sangat dalam musim kemarau yang berkepanjangan itu. Tanaman di sawahnya layu dan mati, diapun kesulitan untuk mencari ikan di sungai yang surut airnya itu.
Nusa pun berkehendak untuk pindah ke daerah lain yang masih mempunyai sumber air untuk mendapatkan kehidupan yang lebih balk. Setelah menyiapkan bekal secukupnya, Nusa mengajak istri dan adik iparnya untuk berangkat. Dengan menaiki sebuah perahu kecil, mereka menuju hilir Sungai Rungan.
Perjalanan mereka menuju hilir Sungai Rungan itu tidak dapat lancar mereka lakukan. Sebatang pohon besar yang tumbang menghalangi laju perahu mereka. Satu-satunya cara agar mereka dapat meneruskan perjalanan adalah memotong batang pohon besar itu. Nusa dan adik iparnya segera bekerja memotong batang pohon itu dengan kapak.
Perjalanan mereka menuju hilir Sungai Rungan itu tidak dapat lancar mereka lakukan. Sebatang pohon besar yang tumbang menghalangi laju perahu mereka. Satu-satunya cara agar mereka dapat meneruskan perjalanan adalah memotong batang pohon besar itu. Nusa dan adik iparnya segera bekerja memotong batang pohon itu dengan kapak.
Sangat besar batang pohon itu hingga Nusa dan adik iparnya harus bekerja keras selama berjam-jam. Akibatnya, Nusa merasa lapar yang sangat. Nusa berkehendak mencari makanan di hutan untuk menghemat bekal mereka yang tidak seberapa. Nusa lalu mengajak adik iparnya menuju hutan.
Nusa menemukan telur yang cukup besar. Sekitar dua kali ukuran telur angsa. Nusa tidak mengetahui telur apa yang ditemukannya itu. Ia kemudian merebus telur itu dan memakannya sendirian karena istri dan adik iparnya tidak mau memakannya. Istrinya bahkan menyarankan agar Nusa tidak memakan telur itu. Namun, Nusa tetap bersikeras untuk memakannya.
Di tengah malam, Nusa terbangun dari tidurnya. Ia merasakan tubuhnya gatal luar biasa. Di sekujur tubuhnya juga terlihat bintik- bintik kemerah-merahan. Nusa telah menggaruk bagian-bagian tubuhnya, namun tidak juga mereda rasa gatal yang dirasakannya. Segera dibangunkannya istri dan adik iparnya untuk membantunya menggaruk. Namun demikian, Nusa tetap merasa gatal. Berbagai cara telah dilakukan, tetap juga rasa gatal yang dirasakan Nusa itu tidak juga berkurang. Adik ipar Nusa yang kebingungan lantas mencari bantuan ke perkampungan terdekat.
Keesokan paginya tubuh Nusa mengalami perubahan yang sangat mengejutkan. Bintik-bintik berwarna kemerah-merahan di sekujur tubuh Nusa telah berubah menjadi sisik-sisik. Tubuh Nusa dari bagian perut hingga kaki telah juga memanjang hingga menyerupai bentuk naga. Hanya bagian wajah hingga dadanya saja yang masih menyerupai manusia.
Nusa menemukan telur yang cukup besar. Sekitar dua kali ukuran telur angsa. Nusa tidak mengetahui telur apa yang ditemukannya itu. Ia kemudian merebus telur itu dan memakannya sendirian karena istri dan adik iparnya tidak mau memakannya. Istrinya bahkan menyarankan agar Nusa tidak memakan telur itu. Namun, Nusa tetap bersikeras untuk memakannya.
Di tengah malam, Nusa terbangun dari tidurnya. Ia merasakan tubuhnya gatal luar biasa. Di sekujur tubuhnya juga terlihat bintik- bintik kemerah-merahan. Nusa telah menggaruk bagian-bagian tubuhnya, namun tidak juga mereda rasa gatal yang dirasakannya. Segera dibangunkannya istri dan adik iparnya untuk membantunya menggaruk. Namun demikian, Nusa tetap merasa gatal. Berbagai cara telah dilakukan, tetap juga rasa gatal yang dirasakan Nusa itu tidak juga berkurang. Adik ipar Nusa yang kebingungan lantas mencari bantuan ke perkampungan terdekat.
Keesokan paginya tubuh Nusa mengalami perubahan yang sangat mengejutkan. Bintik-bintik berwarna kemerah-merahan di sekujur tubuh Nusa telah berubah menjadi sisik-sisik. Tubuh Nusa dari bagian perut hingga kaki telah juga memanjang hingga menyerupai bentuk naga. Hanya bagian wajah hingga dadanya saja yang masih menyerupai manusia.
Dalam keadaan seperti itu Nusa pun berujar pada istrinya, "Aku rasa, semua yang terjadi pada diriku ini bermula dari telur yang kumakan. Telur itu tentu telur naga. Sungguh, aku menyesal karena tidak mendengarkan nasihatmu. Namun, bagaimanapun halnya, penyesalanku tidak lagi berguna. Tuhan telah menakdirkan aku menjadi naga. Aku harus menerima takdirku ini"
Istri Nusa hanya bisa bersedih hati mendapati kejadian yang menimpa suaminya. Sementara warga yang dimintai tolong adik ipar Nusa akhirnya berdatangan. Mereka terheran-heran mendapati wujud Nusa tanpa bisa melakukan suatu tindakan apapun untuk menolong Nusa.
Di hadapan semuanya, Nusa berpesan, malam nanti akan turun hujan yang sangat lebat disertai angin badai yang dahsyat. Guntur dan petir akan sambar-menyambar: Air sungai Rungan akan meluap hingga membanjiri daerah-daerah di sekitar sungai Rungan itu.
Istri Nusa hanya bisa bersedih hati mendapati kejadian yang menimpa suaminya. Sementara warga yang dimintai tolong adik ipar Nusa akhirnya berdatangan. Mereka terheran-heran mendapati wujud Nusa tanpa bisa melakukan suatu tindakan apapun untuk menolong Nusa.
Di hadapan semuanya, Nusa berpesan, malam nanti akan turun hujan yang sangat lebat disertai angin badai yang dahsyat. Guntur dan petir akan sambar-menyambar: Air sungai Rungan akan meluap hingga membanjiri daerah-daerah di sekitar sungai Rungan itu.
Nusa juga berpecan agar istrinya, adik iparnya, dan juga segenap warga mengungsi ke daerah yang aman. Nusa lantas meminta agar tubuhnya yang telah berubah menjadi naga dengan panjang lebih dari tiga kali pohon kelapa itu digulingkan ke sungai. Ia tidak tahan dengan terik panas sinar matahari. Naga jelmaan Nusa itu lantas berenang menuju muara Sungai Kahayan.
Pesan Nusa terbukti benar. Pada malam harinya keadaan di daerah itu persis seperti yang dipesankan Nusa. Hujan turun sangat deras, angin badai dahsyat menerjang, diiringi guntur dan petir yang sambung-menyambung. Permukaan Sungai Rungan terus meninggi dengan cepat. Banjir pun terjadi. Ketinggian air di daerah itu bahkan melebihi tingginya pepohonan. Istri Nusa, adik ipar Nusa, dan warga yang mendengarkan pesan Nusa dapat selamat setelah mengungsi di tempat yang aman.
Banjir besar di Sungai Rungan menyebabkan tubuh Nusa terbawa arus hingga akhirnya ia tiba di Sungai Kahayan. Sebelum menuju lautan luas, Nusa berkehendak berdiam di sebuah teluk yang dalam. Ia pun memangsa ikan-ikan yang berada di teluk itu. Ikan-ikan yang berdiam di muara Sungai Kahayan itu menjadi cemas dengan kehadiran Nusa.
Pesan Nusa terbukti benar. Pada malam harinya keadaan di daerah itu persis seperti yang dipesankan Nusa. Hujan turun sangat deras, angin badai dahsyat menerjang, diiringi guntur dan petir yang sambung-menyambung. Permukaan Sungai Rungan terus meninggi dengan cepat. Banjir pun terjadi. Ketinggian air di daerah itu bahkan melebihi tingginya pepohonan. Istri Nusa, adik ipar Nusa, dan warga yang mendengarkan pesan Nusa dapat selamat setelah mengungsi di tempat yang aman.
Banjir besar di Sungai Rungan menyebabkan tubuh Nusa terbawa arus hingga akhirnya ia tiba di Sungai Kahayan. Sebelum menuju lautan luas, Nusa berkehendak berdiam di sebuah teluk yang dalam. Ia pun memangsa ikan-ikan yang berada di teluk itu. Ikan-ikan yang berdiam di muara Sungai Kahayan itu menjadi cemas dengan kehadiran Nusa.
Dengan nafsu makannya yang luar biasa, para ikan khawatir, Nusa akan memangsa mereka semua. Para ikan lantas bertemu dan berunding untuk mencari cara agar terbebas dari malapetaka yang diakibatkan Nusa itu. Ikan saluang tampil dengan rencananya yang akhirnya disetujui oleh para ikan.
Ikan saluang lalu menghampiri Nusa untuk mewujudkan rencananya. Ia sebutkan kepada Nusa, bahwa di laut luas ada seekor naga besar yang hendak menantang Nusa. Katanya, "Tuan Naga, naga di laut itu ingin mengadu kesaktian dengan Tuan untuk membuktikan siapa naga terkuat."
Nusa sangat geram mendengar laporan ikan saluang. "Seberapa besar naga di taut itu?" tanyanya.
"Sesungguhnya naga itu tidak sebesar Tuan Naga," jawab ikan saluang. "Namun keberaniannya sungguh luar biasa tinggi. Ia sangat terusik dengan kehadiran Tuan Naga di muara Sungai Kahayan ini. Menurut kabar yang saya dengar, naga itu tengah menuju ke muara Sugai Kahayan ini untuk menyerang Tuan Naga!"
Bertambah-tambah kegeraman Nusa. Ingin segera didatanginya naga itu dan mengadu kekuatan dengannya. Namun, ikan saluang menyarankan agar Nusa menunggu saja di muara Sungai Kahayan itu. "Hendaklah Tuan Naga menyimpan tenaga untuk menghadapi naga besar itu di tempat ini. Jika Tuan Naga mencarinya di Laut luas, bisa jadi Tuan Naga akan ketelahan. Bukankah naga itu bisa
mengalahkan Tuan Naga jika Tuan Naga ketelahan?"
Nusa setuju dengan saran ikan saluang. Berhari-hari Nusa terus menunggu kedatangan naga besar dari taut dengan sikap waspada. Selama menunggu itu ia tidak berani tidur. Ia khawatir naga di laut itu akan menyerangnya ketika ia tengah tertidur. Karena telah berhari-hari tidak tidur, Nusa menjadi sangat mengantuk. Tertidurlah ia tak lama kemudian.
Ketika mengetahui Nusa tertidur, ikan saluang mendekati ekor Nusa. Berteriaklah ia sekeras¬kerasnya, "Bangun Tuan Naga! Musuhmu telah datang! Musuhmu telah datang!"
Nusa terperanjat mendengar teriakan ikan saluang. Cepat ia memutarkan kepalanya. Gerakannya yang tiba-tiba itu membuat air sungai bergolak-golak. Ia menyangka bergolaknya air sungai itu disebabkan kedatangan musuhnya yang akan menyerangnya. Padahal, bergolaknya air itu disebabkan oleh gerakan ekornya sendiri. Nusa langsung menyerang. Digigitnya ekornya sendiri yang disangkanya musuhnya itu hingga ekornya terputus!
Nusa menjerit kesakitan ketika ekornya putus. Ikan saluang segera memanggil ikan-ikan lainnya untuk menggigiti luka pada tubuh Nusa. Nusa yang tidak berdaya kian kesakitan akibat gigitan ikan-ikan itu. Kekuatan tubuhnya terus melemah dan ia pun akhirnya tewas setelah kehabisan darah. Seluruh ikan terus memangsa dagingnya hingga hanya tersisa tulang-belulang Nusa.
Tulang-belulang Nusa akhirnya tertimbun oleh lumpur dan tanah. Aneka pepohonan kemudian tumbuh di tempat itu hingga akhirnya terbentuk sebuah pulau. Warga menyebut pulau di muara Sungai Kahayan itu dengan nama Pulau Nusa.
Ikan saluang lalu menghampiri Nusa untuk mewujudkan rencananya. Ia sebutkan kepada Nusa, bahwa di laut luas ada seekor naga besar yang hendak menantang Nusa. Katanya, "Tuan Naga, naga di laut itu ingin mengadu kesaktian dengan Tuan untuk membuktikan siapa naga terkuat."
Nusa sangat geram mendengar laporan ikan saluang. "Seberapa besar naga di taut itu?" tanyanya.
"Sesungguhnya naga itu tidak sebesar Tuan Naga," jawab ikan saluang. "Namun keberaniannya sungguh luar biasa tinggi. Ia sangat terusik dengan kehadiran Tuan Naga di muara Sungai Kahayan ini. Menurut kabar yang saya dengar, naga itu tengah menuju ke muara Sugai Kahayan ini untuk menyerang Tuan Naga!"
Bertambah-tambah kegeraman Nusa. Ingin segera didatanginya naga itu dan mengadu kekuatan dengannya. Namun, ikan saluang menyarankan agar Nusa menunggu saja di muara Sungai Kahayan itu. "Hendaklah Tuan Naga menyimpan tenaga untuk menghadapi naga besar itu di tempat ini. Jika Tuan Naga mencarinya di Laut luas, bisa jadi Tuan Naga akan ketelahan. Bukankah naga itu bisa
mengalahkan Tuan Naga jika Tuan Naga ketelahan?"
Nusa setuju dengan saran ikan saluang. Berhari-hari Nusa terus menunggu kedatangan naga besar dari taut dengan sikap waspada. Selama menunggu itu ia tidak berani tidur. Ia khawatir naga di laut itu akan menyerangnya ketika ia tengah tertidur. Karena telah berhari-hari tidak tidur, Nusa menjadi sangat mengantuk. Tertidurlah ia tak lama kemudian.
Ketika mengetahui Nusa tertidur, ikan saluang mendekati ekor Nusa. Berteriaklah ia sekeras¬kerasnya, "Bangun Tuan Naga! Musuhmu telah datang! Musuhmu telah datang!"
Nusa terperanjat mendengar teriakan ikan saluang. Cepat ia memutarkan kepalanya. Gerakannya yang tiba-tiba itu membuat air sungai bergolak-golak. Ia menyangka bergolaknya air sungai itu disebabkan kedatangan musuhnya yang akan menyerangnya. Padahal, bergolaknya air itu disebabkan oleh gerakan ekornya sendiri. Nusa langsung menyerang. Digigitnya ekornya sendiri yang disangkanya musuhnya itu hingga ekornya terputus!
Nusa menjerit kesakitan ketika ekornya putus. Ikan saluang segera memanggil ikan-ikan lainnya untuk menggigiti luka pada tubuh Nusa. Nusa yang tidak berdaya kian kesakitan akibat gigitan ikan-ikan itu. Kekuatan tubuhnya terus melemah dan ia pun akhirnya tewas setelah kehabisan darah. Seluruh ikan terus memangsa dagingnya hingga hanya tersisa tulang-belulang Nusa.
Tulang-belulang Nusa akhirnya tertimbun oleh lumpur dan tanah. Aneka pepohonan kemudian tumbuh di tempat itu hingga akhirnya terbentuk sebuah pulau. Warga menyebut pulau di muara Sungai Kahayan itu dengan nama Pulau Nusa.
loading...
0 Response to "Tolong Simak Legenda Pulau Nusa"
Posting Komentar