About

WAJIB BACA BAGI PARA TKI...!!! AKU MERANTAU KENEGERI ORANG DEMI KELUARGAKU TERCINTA

loading...
Loading...


Setiap warga negara Indonesia ingin tinggal, bekerja dan hidup bersama keluarganya dengan penuh kebahagiaan di negeri yang kaya-raya sumber daya alamnya ini. Tapi harapan itu tidak semua dapat menikmatinya, sehingga banyak dari kita harus mengadu nasib di negeri orang lain baik secara legal maupun illegal. Seperti ke negara Singapura, Malaysia, Arab Saudi, Korea Selatan, Jepang dll, dsb,dst. Saudara-saudari kita ini sering disebut TKI (Tenaga Kerja Indonesia) dan ada TKW (Tenaga Kerja Wanita) lebih hebatnya lagi mereka ini dinamai “pencari dan pemburu dolar”, penambah devisa negara.

Mengapa mereka harus merantau ke negeri seberang?. Yang tantangan dan persaingannya begitu ketat dan kejam. Karena lowongan kerja di dalam negeri kurang, persaingan ketat, gaji kecil, sistem kerja kontrak yang sangat merugikan, kesejahteraan hampir kembang-kempis alias sangat memprihatinkan. Untuk sebagian pengusaha dan konglomerat yang tidak baik mereka sering dianggap, dipanggil “budak”. Dari pada budak di negeri sendirimendingan budak di negeri orang karena tidak ada yang tahu tentang status kita. Itulah sebagian anggapan-anggapan dari mereka.

Namaku Nur yang sering di panggil orang Asney, sehingga nama lengkapku Nur Asney. Setelah tamat dari sekolah SMA aku melanglang buana mencari kerja kesana-kemari di kotaku Siantar, Kabupaten Simalungun, Propinsi Sumatra Utara. Namun pekerjaan tidak ada yang kudapat, aku tak bosan-bosannya terus menjatuhkan lamaran dan alhasi diambang kebosananku ada panggilan kerja untukku dan aku diterima sebagai penjaga sebuah toko yang bergerak dibidang penjualan “hand phon”di jalan Sutomo Pematangsiantar. Pekerjaan ini untuk beberapa tahun kugeluti terus demi menyambung hidupku, agar tidak ketergantungan kepada kedua orang tuaku yang hidupnya penuh pas-pasan dan sangat sederhana.

Mengarungi pekerjaanku bagaikan gayung bersambut, aku berkenalan dengan seorang cowok sebut saja namanya Ali. Pria yang selama ini perhatian padaku, menjemput dan mengantar aku kerja. Perkenalan, pacaran, suka duka kami alami bersama dan akhirnya kami memutuskan untuk berumah tangga dan pekerjaan sebagai penjaga toko kutinggalkan. Dalam berumah tangga, kami jalani dengan penuh kebahagiaan walaupun kadang diwarnai duka yang pahit khususnya bidang ekonomi atau keuangan. Bahtera rumah tangga itu kami arungi, sampai kami mempunyai tiga anak yang cantik dan ganteng. Anak pertamaku prempuan sudah berkeluarga dan mempunyai satu anak yang berarti aku sudah “marpahoppu” atau punya cucu.

Untuk mendukung ekonomi keluarga, aku bekerja sebagai pelayan di sebuah kedei minuman atau lebih sering disebut”kafe”di kotaku. Para pelangan begitu beragam dari Bule, China, India, Pakistan dan pribumi. Mulai tingkat pejabat, masyarakat biasa, pengusaha, punya marga sampai tidak punya marga. Menjadi pelayan “kafe” sebenarnya merupakan pekerjaan terpaksa bagiku. Karena namanya pelayan identik dengan menservis atau melayani pelanggan dengan baik. Sehingga para tamu kita akan terpuaskan, dan so pasti mereka akan datang kembali berkunjung. Kadang para tamu sering meminta yang tidak-tidak, mata yang nakal, bicara yang merayu, meminta no hp, tangan yang nakal dll.

Pekerjaanku di “kafe” inilah yang melahirkan mala petaka besar dalam keluargaku, suamiku tidak pernah mengerti tentang statusku yang selalu curiga dan kasar padaku. Setiap pulang kerja aku selalu diinterogasi bagaikan tersangka (terdakwa) bahkan lalu tangan dan tendanganpun sering kualami. Kejam, kasar, tidak berprikemanusiaan itulah julukan suamiku. Sehingga sering aku trauma untuk pulang kerumah, karena aku takut Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) terjadi dan terjadi lagi. Tapi itu kutahankan demi anak-anakku tersayang.

Tanggal 13 bulan Maret 2016yang kelam bagiku, sepulang kerja aku dihajar suamiku habis-habisan. Apakah ditambah mabuk minuman sehingga dia makin bringas menyiksaku dan bibirku koyak dan mengeluarkan banyak darah. Aku dilarikan tetangga ke klinik terdekat di kampungku, harus opname untuk beberapa hari dan bibir manisku mendapat tujuh jahitan. “Oh…. Tuhan apa salah hambaMu, sehingga aku menerima ini semua. Kuatkan aku Tuhan dalam menjalaninya!!!.”Itulah ungkapan doaku sewaktu aku kritis.

Atas perbuatan suamiku, keluarga, sanak-saudariku, teman, PERS (Wartawan) dan yang simpatik denganku marah, geram dan sepakat untuk melaporkannya ke pihak yang berwajib (Polisi) dengan delik aduan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Tapi aku masih sabar dan memikirkan anak-anakku. Suamiku datang meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Permintaan maaf itu kuterima walaupun hati kecil ini seakan berontak dan menangis.

Bibirku bekas luka jahitan tidak mengurangi kecantikan, semangatku untuk terus bekerja dan melayani para tamu di “kafe” tempatku kerja. Walau akhir-akhir ini “kafe” kami agak sepi, mungkin karena menjamurnya “kafe-kafe” di kota siantar. Sewaktu keadaan “kafe” sepi aku bercerita tentang kehidupanku, yang ingin mengadu nasip dan mengangkat derajat keluargaku terhadap seorang teman pengunjung, kebetulan dia penyalur tenaga kerja ke luar negeri. Dari hasil percakapan kami, aku setuju untuk kerja ke Malaysia dan berangkat bulan September 2016. Segala persiapan kesana semua udah diatur PJTKI (Penyalur Jasa Tenaga Kerja), paspor, visa kerja, tiket pesawat sampai penempatan kerja.”Nur…!!! kalau kamu nanti berhasil disana jangan lupa ya kata Lia temanku satu kerja”. “Yakinlah aku tidak akan lupa sama kalian semua khususnya keluarga dan orang yang selama ini memotifasiku, jawabku polos”.

Tanggal 5 September 2016 kami udah siap-siap di Kualanamu untuk berangkat ke Kualalumpur karena disitu aku ditempatkan bekerja. Selamat tinggal keluargaku tersayang, orang tuaku, sahabat-sahabatku khususnya bang Jesyang selama ini memotivasiku serta udah kuaggap keluargaku sendiri. Doakan aku agar berhasil di negeri seberang untuk datang kembali bersama kalian. Tak terasa pesawat kami sudah berada di langit Indonesia menuju Kualalumpur.

Kualalumpur kota yang sangat asing bagiku, membuatku masih banyak bertanya kesana kemari. Kujumpai begitu banyak TKI yang bermasalah disana, apakah soal visa, permit, paspor yang hilang, majikan yang tak bayar gaji, TKI ilegal yang diuber-uber oleh polisi diraja Malasya, pekerja Indonesia yang dicap “idon”(budak) dan parahnya seakan manusia itu diperjual-belikan. Harapanku dari seberang untuk pemerintah Indonesia dan instansi terkait untuk lebih pro aktif melindungi TKI yang bekerja di luar negeri. Karena apapun namanya TKI itu adalah juga manusia yang butuh cinta dan harapan. (Sambungan).

Aku bekerja sebagai “baby sister” di sebuah keluarga keturunan India sebut saja keluarga Pak Singh. Keluarga ini sangat baik karenanya aku mengasuh anak mereka yang masih kecil dengan sangat perhatian. Yah Kualalumpur kota aku kerja yang sangat baik, indah, dan menajubkan. Kadang majikanku dengan keluarganya membawa aku ikut jalan – jalan, shoping, tamasya dll.

Dalam kegiatan rutinitasku sebagai “baby sister”aku mencoba membuka hubungan dengan teman – teman yang bekerja di Malaysia berasal dari Indonesia bahkan satu kampungku Siantar. Sehingga rasa bosan dan penatku terusir dengan menghubungi mereka. Sudah beberapa bulan aku di Malaysia rasa kangen akan keluarga dan anak – anakku sering meronai hidupku, membuatku kadang sering menangis – dan menangis. Tapi karena perjuangan ini demi mereka aku berusaha setegar dan sekuat mungkin. Hanya doa dan doa yang selalu kupanjatkan agar mereka selalu di lindungi Tuhan Yang Maha Esa begitu juga diriku disini.

Pernah sekali aku berontak tentang pekerjaanku ini yang membuat hati hancur berkeping – keping dan bahkan disayat sembilu. Namun kutabahkan karena visa dan permit kerja ku waktunya enam bulan. Memang seperti kata orang “sakit di negeri sendiri lebih sakit di negeri orang, enak di negeri orang lebih enak di negeri sendiri”. Aku masih bertahan dan bersabar karena bukan aku saja yang merasakan itu, tetapi ratusan bahkan ribuan TKI merasakannya. Kadang TKI itu dikejar – kejar oleh polisi di raja Malaysia karena dikatakan illegal mengapa tidak illegal karena paspor ditangkap majikan karena majikannya bekerja sama dengan polisi agar gajinya tidak dibayar. Banyak lagi yang di masukkan ke penjara tanpa proses hukum alasannya selalu “klise” merampoklah, membunuhlah, narkobalah dan lain – lain pada hal tidak. Sedih bukan???.

“Tanah air ku tidak ku lupakan kan terkenang selama hidup ku biarpun saya pergi jauh tidak kanhilang dari kalbu tanah ku yang kucintai engkau ku hargai”. Syair lagu itulah yang selalu membangkitkan semangatku untuk selalu cinta akan Indonesia. Karena di Malaysia banyak orang Indonesia yang berubah warga kenegaraan karena kawin dengan orang Malaysia, ras lain, atau ada karena terpaksa demi keamanan pekerjaan meninggalkan kewarganegaraan Indonesia dll.

Oleh karena itu kita harus tetap bersyukur walaupun apa kata orang, berbanggalah sebagai orang Indonesia walaupun kita harus merantau ke negeri orang lain. Memang berat dan susah karena rasa kangen dan rindu yang mendalam tapi yakinlah darah, jiwa, dan raga kami tetap Indonesia tercinta.

Nur!!! seru majikanku dan aku tersadar dari lamunanku. Ya pak!! Sahutku polos. “Ayo kita mau jalan – jalan ke Johor Baru dekat dengan negara Singapura”. “Siap Pak jawabku polos”. Aku berbangga punya majikan seperti Pak Singh apalagi istrinya yang penuh pengertian, ditambah lagi mereka sangat fasih bahasa Melayu yang mirip dengan bahasa Indonesia hanya dialek, alunannya (tendensinya) saja serta beberapa kosa kata yang berbeda. Maklum bahasa Indonesia itukan berasal dari bahasa Melayu dan diperkaya oleh bahasa – bahasa daerah dan bahasa asing.

Keindahan kota Johor Baru begitu indah apalagi dari tepi pantainya kita sudah dapat melihat negara Singapura dengan gedung – gedung yang menjulang tinggi dan lampu – lampunya bersinar waktu malam hari, pokonya amazing. Dan sudah hampir separoh tempat – tempat wisata di Malaysia kami kunjungi. Membuat rasa kebosanan dan kegalauanku tergantikan.

Suatu malam setelah pekerjaanku selesai, aku terbayang akan anak – anakku yang sangat kucintai membuat air mataku menetes seakan aku ingin terbang memeluk mereka, bercengkrama, dan bermain – main. Tapi sayang, sayapku tidak ada dan pagi harinya mataku merah karena semalaman menangis.“Tuhan kapan rasa kangen ini akan berakhir, kapan aku bertemu dengan anak – anakku, kapan aku bercengkrama dengan teman – temanku yang di Siantar?”. “Tolong aku Tuhan dalam kesendirianku ini!”. Pintaku dalam doa.

Semangat sebagai “baby sister”ku jalani dengan senang dan penuh harapan, seperti dambaan Bang Jes sobat, guru, sekaligus yang sudah ku anggap keluarga. Beliau berpesan “aku akan berhasil di perantauan dan kembali dengan membawa banyak “Ringgit, Dollar Malaysia” untuk modal kelak hari tua bersama anak – anak ku”. Dia juga berpesan seandainya terjadi yang tidak – tidak aku akan menghubungi atase, konsul, atau kantor Kedutaan Besar Indonesia di Malaysia karena merekalah wakil pemerintahan Indonesia di Malaysia. Minimal PJTKI yang menyalurkan kita.

Apapun alasannya aku harus tetap tegar karena kusadari, aku merantau demi keluargadan masa depanku. Disini di Malaysia ini aku bertekat akan kembali ke Indonesia untuk membawa suatu harapan bagi keluargaku yaitu modal dan cinta untuk masa depan kami. Sabar kalian sobat – sobat di seberang sana (Siantar) pasti kita akan bertemu dan berkumpul lagi, lambat atau cepat cintamu, cintaku, akan tetap bersatu. Trimakasih bang Jes atas segala doa dan motifasimu.(Jes).
loading...

0 Response to "WAJIB BACA BAGI PARA TKI...!!! AKU MERANTAU KENEGERI ORANG DEMI KELUARGAKU TERCINTA"

Posting Komentar